TAKUT TERHADAP KESALAHAN DAN DOSA - DOSA


Sobat pengunjung setia blog jally junkiez,. Mungkin suatu saat Anda akan merasa panik karena dikejar dosa. Begitu takutnya Anda hingga seluruh pekerjaan Anda berantakan. Mungkin saja untuk sekedar refreshing akibat tekanan pekerjaan yang bertensi tinggi, Anda dan rekan-rekan sekerja bersenang-senang, lantas melupakan batas-batas kebolehan yang telah menjadi ukuran. Misalnya untuk sekedar cuci mata dan kemudian berujung berbuat zina. Untuk sekedar menimbang keadaan seseorang tapi justruasyik menebar fitnah dan sebagainya.

Pada saat Anda menyadari bahwa semua itu melanggar batas kebolehan yang ada pada diri Anda, maka semuanya sudah terlambat, karena semua sudah terjadi. Kalau Anda memikirkan dengan apa yang sudah terjadi, dan Anda merasa bersalah, maka hal itu bisa mempengaruhi kerja Anda. Bukan saja ditempat kerja, ditengah-tengah lingkungan Anda, bahkan didalam hidup berumah tangga pun akan tidak merasa tentram. Perasaan dikejar dosa semacam ini bisa mengakibatkan ketakutan yang sangat serius.

Secara umum, takut terhadap rasa bersalah ini muncul dalam dua bentuk, yakni:

  • Rasa bersalah horizontal, yakni rsa bersalah yang Anda lakukan berdasarkan kedudukan Anda sebagai makhluk sosial. Anda melakukan kesalahan kepada sesama manusia dengan melanggar kesepakatan-kesepakatan dan norma hukum adat dan hukum negara. Sanksi atas pelanggaran ini diambil berdasarkan norma hukum yang berlaku ditempat Anda.
  • Rasa bersalah vertikal, yakni rasa bersalah yang muncul setelah Anda melakukan perbuatan tertentu berdasarkan kedudukan Anda sebagai makhluk individu. Anda melakukan kesalahan dengan melanggar norma agama. Perasaan bersalah ini menempatkan Anda berhadapan dengan sanksi hukum Tuhan yang menguasai seluruh hidup Anda.


Adakalanya suatu ketentuan bersifat reatif, artinya terkadang boleh menurut hukum adat namun terlarang bagi hukum agama, demikian pula sebaliknya. Misalnya disuatu tempat dalam sebuah pesta adat dibolehkan meminum-minuman keras sehingga memabuk-mabukan. Walaupun boleh secara adat, namun terlarang bagi agama. Bahkan apa yang boleh dilakukan oleh suatu agama tertentu belum tentu dibolehkan oleh agama yang lain. Misalnya mengkonsumsi daging babi. Banyak agama membolehkannya, namun dilarang keras oleh agama tertentu. Sebaliknya ada pula hal yang dibenarkan menurut norma agama, namun tidak dibenarkan oleh hukum negara, misalnya praktik poligami dan nikah siri, melakukan tindak kekerasan terhadap anak untuk menegakan ibadah shalat, atau perjuangan jihad fisabilillah yang memperjuangkan amar ma'ruf nahi munkar yang sering berbenturan dengan hukum negara.




Banyak contoh-contoh yang dapat kita temui terkait dua bentuk rasa bersalah yang telah disebutkan diatas. Kadang-kadang ketakutan atas dosa yang telah dilakukan tidak rasional. Namun rasional atau tidak, tekanan rasa takut itu dapat membuat orang akan menerima akibat psikologi yang tidak ringan. Yang paling mengerikan adalah azab yang dijanjikan Sang Pencipta alam jagad raya ini, yaitu pembalasan yang sangat pedih di alam neraka. Sebagai umat beragama tentu Anda sangat percaya akan adanya hari akhir dan neraka yang penuh penyiksaan abadi dan memiliki tingkat penyiksaan yang tak ada bandingnya.
Konon dunia hanyalah wadah pengujian, dan akhirat adalah tempat yang sesungguhnya. Hal inilah yang membuat banyak diantara kita sedapat mungkin menghindari pedihnya siksaan neraka, namun sayangnya banyak diantara kita yang tak mempedulikannya.

Takut terhadap rasa bersalah atau rasa berdosa itu sangat baik. Bukankah dengan demikian Anda dapat mengontrol kendali diri Anda untuk tidak berbuat salah pada siapapun dengan alasan apapun? Yang menjadi masalah adalah bila Anda merasa takut karena dihantui oleh rasa bersalah atau dosa, tetapi Anda tidak menemukan bagaimana cara untuk keluar dari rasa takut tersebut.
Sebagian besar para pendosa hidup dalam ketakutan kehidupan dibalik dinding penjara yang kita kenal ganas, kadang-kadang lebih menentramkan mereka daripada harus hidup diluar penjara. Didalam penjara, mereka lebih sering berhadapan dengan orang-orang yang kasar, yang sok jagoan dan sok berkuasa. Namun apa yang mereka hadapi itu tak berkaitan dengan rasa bersalah dan rasa berdosa yang menggumpal dalam hatinya. Mereka hidup dalam situasi yang keras diluar cengkraman rasa bersalah yang akut. Justru diluar penjara ia akan berhadapan dengan orang yang tak lagi bersahabat, penuh dengan curiga, dendam, dan pandangan merendahkan. Ini reaksi wajar yang terdapat pada orang yang telah melakukan dosa.

Kalau boleh memilih, mereka akan memilih hidup disuatu tempat yang tidak mengundang hadirnya kembali bayangan dosa-dosa yang pernah diperbuatnya. Disuatu tempat terpencil yang jauh dari keramaian, atau jauh dikota lain yang tak memiliki akses dengan kota yang membawa kenangan pahit atas dosa-dosanya. Atau kalau tidak bisa mendapatkan tempat semacam itu, maka mungkin Anda lebih takut hidup diluar penjara daripada didalamnya dan memilih untuk kembali ke penjara dan hidup didalamnya.

Ini baru pada tahapan takut secara horizontal. Siksaan duniawi saja sudah begitu menakutkan, apalagi siksaan akhirat nanti. Bukankah sangat mengerikan bila Allah menuntut pertanggungjawaban Anda terhadap perbuatan-perbuatan Anda yang telah melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya? Allah telah berulang-ulang memperingatkan dengan ancaman siksaan yang pedih. Tidakkah Anda mendengarkan?



No comments:

Post a Comment