Terpenjara Gelapnya Masa Lalu Karena Kegagalan



Kadang kita butuh waktu untuk sembuh dari pengalaman pahit di masa lalu. Tak jarang ditemui orang-orang sulit move on dalam waktu cepat. Hal ini lumrah, karena pada waktu-waktu tertentu kita memang membutuhkan jeda untuk beradaptasi dengan kondisi yang demikian meski tidak sesuai harapan. Namun tahukah kita seberapa parahnya perangkap masa lalu? Orang yang terpenjara masa lalu akan susah memulai kehidupan selanjutnya. Itulah sebabnya mengapa jangan sampai karena kesalahan di masa lalu, kita jadi enggan menghadapi masa sekarang. Segelap apapun masa lalu yang kita hadapi tetaplah harus dihadapi. Walaupun berat, kita tak bisa selamanya merasa nyaman dan berlama-lama di zona adaptasi itu.

Apakah gelapnya masa lalu yang kita miliki sekarang, membelenggu langkah kita? Atau sebenarnya kita masih terpenjara masa lalu namun tak menyadarinya? Berikut ini ada beberapa sikap yang dapat penulis berbagi dengan pembaca tentang sikap seseorang yang masih terpenjara oleh masa lalunya karena sebuah kegagalan dan menjadi batu loncatan kedepannya.




Pertama, Masih suka membanding-bandingkan
Jika kita menjumpai orang yang suka membanding-bandingkan kondisinya, merasa keadaannya selalu lebih buruk dari orang lain, bisa jadi orang tersebut belum bisa keluar dari belenggu masa lalunya. Barangkali kita sering menjumpai orang-orang yang dimaksud di atas. Misalnya saja seorang teman kita sedang mengalami tragedi, kemudian menceritakan kesedihannya pada seorang teman lainnya. Bukannya merespon tragedinya itu dengan sikap positif, teman yang dijadikan tempat bercurah hati itu justru berkomentar bahwa apa yang dialaminya. Inilah ciri orang yang belum bisa memaafkan masa lalunya. Ia masih membanding-bandingkan kondisinya dengan orang lain, namun nasibnya yang paling buruk.

Kedua, Menghibur diri
Seseorang yang belum bisa memaafkan masa lalunya juga bisa dilihat dari bagaimana ia suka menghibur diri. Ia percaya bahwa ada alasan-alasan kuat mengapa ia tak boleh dan tak bisa melupakan kesulitan-kesulitan di masa lalunya. Sikap seperti ini hanya akan menghambat seseorang dalam menemukan solusi atas permasalahan yang dialaminya di masa lalu. Ia hanya akan terus-terusan berkutat pada masalah dan kekeliruannya, bukan pada solusi.

Ketiga, Suka menyendiri
Masih suka menyendiri, menutup diri dari pergaulan dan lingkungan juga menjadi ciri orang yang masih terpenjara kegagalan masa lalu. Cini ini akan semakin kentara jika sebelumnya orang itu termasuk tipe orang yang suka bergaul. Sikap yang demikian juga kurang bagus untuk perkembangan jiwa dan emosi karena hanya akan membuat diri semakin sengsara. Bagi kebanyakan orang ini seperti refleksi alami yang terjadi demi melindungi diri. Jika orang-orang yang secara alami mudah bergaul dengan orang lain mengasingkan diri karena masa lalunya, mereka akan sengsara. memberi waktu untuk diri sendiri memang perlu. Dalam rentang waktu itu ada banyak hal yang bisa dilakukan termasuk merenung sembari mengevaluasi diri. Tapi bukan berarti kita harus memisahkan diri dari lingkungan. Jika kita merasa waktu yang kita butuhkan untuk diri sendiri sudah cukup, maka segeralah keluar dan bersosialisasilah. Kita akan menemukan kejadian-kejadian berwarna di luar sana. Barangkali kejadian itu lebih pahit dari apa yang kita alami hingga kita bersyukur dan mengakui bahwa kegagalan yang kita alami belum seberapa dibanding yang dialami orang lain. Sebaliknya, barangkali kejadian-kejadian yang kita temui diluar sana justru jauh lebih mengesankan sehingga memotivasi kita untuk segera bangkit kembali.
Ketika sedang kalut karena kegagalan, sebisa mungkin bergabunglah dengan orang-orang yang teguh dalam mengembangkan dirinya. Orang-orang macam itu akan membantu kita untuk turut mengembangkan diri. Bergabunglah dengan mereka dan berikan sesuatu yang juga menguntungkan dari kita. Hindari dari orang-orang yang suka mengecilkan hati kita yang hanya akan meredupkan semangat untuk bangkit kembali. Orang-orang macam ini hanya akan senang jika melihat orang lain terpuruk dalam kegagalan.

Keempat, terus-terusan menyesal
Apakah salah jika kita meyesali kesalahan yang telah dilakukan? Tentu saja tidak. Pada saat-saat tertentu, perasaan bersalah justru sangat kita perlukan. Dari situ kita bisa belajar merenung dan menyadari kesalahan masa lalu. Perenungan itu akan mengarahkan kita untuk tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama di masa mendatang. Sebaliknya yang perlu dihindari adalah sikap menyesali kesalahan itu secara berulang-ulang dan terus-menerus. Sebab terus-menerus meratapi kesalahan akan menjadi bumerang, sikap itu hanya akan menghambat pertumbuhan diri dalam mencapai kehidupan yang lebih positif. Hambatan besar dalam menjalani hidup dimasa sekarang adalah penyesalan. Hal ini menyerap energi, sehingga hanya tersisa sedikit energi untuk melakukan apapun yang positif.

Kelima, Kepahitan
Luka-luka masa lalu dapat membuat kita sakit hati. Sebaliknya, luka-luka itu juga dapat menjadikan kualitas hati kita lebih baik. Jika tidak mau luka-luka masa lalu berujung pada kepahitan, luka-luka itu harus segera di proses dengan di obati. Jika tidak, luka-luka itu akan segera menjangkit dan membuat rasa sakit hati semakin bertambah parah. Orang-orang yang tidak melupakan persoalan atau kepedihan dimasa lalunya akan berakhir dengan penuh kepahitan. Ini adalah balasan yang tak terhindarkan akibat tidak memproses luka-luka serta tragedi-tragedi lama.



Lalu, Bagaimana Mengobati Luka-Luka Masa Lalu...?

Susah memaafkan masa lalu hanya akan menambah panjang penderitaan yang di alami. Sikap ini jelas akan menjadi penghambat dalam upaya kembali bangkit menggapai kesuksesan. Jika sikap ini terus-menerus dipelihara, akan mempengaruhi cara pandang kita dalam kehidupan masa sekarang dan depan. Banyak orang harus merasakan penderitaan tak tertangguhkan dalam hidupnya. Ada yang kehilangan anak, pasangan, orangtua, kekasih, pekerjaan, jabatan dan lain semacamnya. Namun demikian duka dan tragedi tak harus membuat kita kehilangan cara pandang yang positif dan produktif. Kita masih punya opsi untuk mengatasi penderitaan itu dengan tabah, mengsyukuri dan menjalani hidup ini dengan menyenangkan. Jika kita mengalami hal-hal yang seperti disebutkan tadi, apakah kita akan menyerah begitu saja dengan penuh kepahitan atau memilih menikmati waktu tersisa bersama orang-orang yang bersama kita?

Kita selalu punya pilihan. Kita sendirilah yang bisa menentukan masa depan kita melalui pilihan yang diambil. Jika sampai sekarang kita masih terperdaya oleh masa lalu, segeralah keluar dari belenggu mematikan itu. Semakin lama kita terpelihara belenggu masa lalu akan semakin manja dan tanpa kita sadari memangkas banyak waktu, kesempatan, dan peluang yang seharusnya bisa kita manfaatkan untuk bangkit dan berkembang.

Bagaimana cara mengobati luka masa lalu? Cobalah mengampuni semua orang yang terlibat dalam masa lalu itu. Terlebih, ampunilah diri kita sendiri. Jangan sampai kita terus-menerus menghajar diri sendiri dengan rasa bersalah. Kesediaan memaafkan diri sendiri dan orang lain akan membantu kita untuk bisa melangkah ringan. Dalam prosesnya, mungkin akan sedikit sulit, diperlukan kerelaan hati yang luar biasa untuk bisa menjadi pemaaf yang ikhlas. Namun percayalah bahwa balasan yang akan kita dapat pun setimpal, bahkan lebih dari apa yang kita usahakan. Semoga kita menjadi tidak sportif dengan tidak menoleransi kesalahan. Anda bisa tersandung hanya jika anda bergerak.




No comments:

Post a Comment