Kegagalan Tak Usah Diambil Hati " Tertawakan" Saja



Memang tidak mudah menghadapi kegagalan. Tak ada yang dapat dipungkiri bahwa kegagalan bisa begitu menyakitkan, terkadang secara jasmani dan lebih seringnya secara emosional. Saat orang lain mengejek akan kegagalan kita, saat itu luka yang kita rasakan terasa semakin sakit, semakin parah. Hingga akhirnya kita membiarkan kegagalan menguasai kita secara emosional. Padahal sikap ini hanya akan menghentikan kita dari upaya mencapai impian.

Tawa Ria Memulihkan Luka Hati

Supaya luka tidak semakin menyayat, kita harus tahu bagaimana mengobatinya. Tahukah Anda bahwa tawa ria adalah obat paling mujarab mengobati luka hati? Cara sederhana ini sering dilupakan banyak orang ketika mereka sedang dalam puncak kekecewaan dan kelelahan. Banyak orang lupa bahwa tawa ria itu menenangkan, bisa memulihkan pikiran dan perasaan yang tegang karena himpitan keadaan.




Tak usah terlalu ambil hati atas kegagalan yang kita alami. Terlalu serius menghadapi kegagalan hanya akan membuat jiwa dan pikiran semakin tegang dan tertekan. Oleh karena Santailah dengan keadaan demikian. Ketika semua usaha yang kita lakukan gagal, maka tertawalah. Ini akan jauh lebih baik ketimbang menghadapinya dengan terlalu tegang dan serius. Walaupun kita dalam kondisi tinggi, usahakan untuk tetap meletakan kesalahan yang kita lakukan dalam perspektif yang positif dan humoris. Tak ada yang bisa meningkatkan kesehatan emosi kita sebaik tawa ria. Tertawa dapat mengurangi stres dan membantu kita untuk segera melihat kesalahan dari sudut pandang yang lebih tepat.

Memang tidak mudah menjaga emosi ketika kita dalam kondisi susah. Bahkan, kebanyakan orang memilih terus menerus menangis ketika gagal mencapai sesuatu. Jika memang menangis menjadi kebutuhan dalam memulihkan keadaan jiwa, maka lakukanlah. Namun, jangan sampai lupa bahwa tubuh dan jiwa kita juga butuh santai, tertawa dan bercanda.

Ada satu cara sederhana yang bisa kita lakukan supaya tetap tertawa ditengah kesedihan; belajar untuk tidak memasukan kesedihan itu kedalam hati. Dengan demikian kita akan tahu bahwa mengalami kegagalan tidak membuat kita menjadi orang gagal. Tetaplah memelihara sikap humor, meskipun kita sedang sedih. Seseorang berjiwa besar yang mengalami kegagalan akan memandang kegagalan itu sebagai sebuah peristiwa yang sifatnya sementara, bukan tragedi seumur hidup. Jika masih ingin sukses, jangan biarkan kejadian apapun merusak pandangan kita terhadap diri sendiri.




Pusatkan Perhatian pada Kekuatan, Bukan Kelemahan

Bagi sebagian orang, kepedihan menanggung kegagalan membuatnya takut mengalami kegagalan lagi. Jika rasa takut ini terus menguasai, hampir tidak mungkin kita mampu mengubah kegagalan menjadi batu loncatan. Separah apapun keadaan, usahakan pola pikir kita tetap terjaga. Bertanggung jawablah atas setiap perbuatan dan tetap jangan memasukan kegagalan itu kedalam hati. Caranya, pusatkan perhatian pada kekuatan-kekuatan yang kita miliki untuk membendungnya.

Ya, berfokus pada kelemahan hanya akan semakin melemahkan jiwa; sikap pesimis, menyalahkan diri sendiri, dan terus menerus dirundung penyesalan. Fokuslah diri pada kekuatan-kekuatan serta kelebihan yang kita miliki. Sebab, seburuk apapun kita, pasti tetap dikaruniahi sikap-sikap terbaik yang menjadi kelebihan. Inilah saat yang tepat untuk memunculkan kembali dan menunjukan sikap-sikap terbaik itu. Selain itu, separah apapun kondisi yang kita miliki, pasti masih ada celah yang dapat dimanfaatkan.

Ingatlah bahwa para pemenang selalu berkonsentrasi pada apa yang dapat mereka perbuat, bukan apa yang tidak dapat mereka perbuat. Itu jugalah yang membedakan antara orang besar dan orang gagal. Oleh karena itu, kembangkan dan maksimalkan kekuatan-kekuatan yang kita miliki. Dengan kekuatan itu, kita akan mampu menutup lembaran kegagalan dengan menorehkan prestasi yang menunggu dihari berikutnya. Seperti yang dikatakan Abraham Maslow "Seorang musikus harus menciptakan musik, seorang pelukis harus melukis, seorang penyair harus menulis, jika ia mau benar-benar puas dengan dirinya. Apa yang harus dilakukan maka harus dilakukan".



No comments:

Post a Comment