Suka Mencari-cari Alasan ~ Dampak Kronis Kegagalan



Sikap negatif yang juga sering menyebabkan kegagalan yaitu suka mencari-cari alasan. Sikap semacam ini dimiliki siapapun yang kurang memahami pentingnya komitmen. Setiap menerima tanggung jawab, ada saja alasan yang dilontarkan untuk tidak segera mengerjakan tanggung jawab itu. Sikap negatif ini pun menumbuhkan sikap negatif lainnya, yakni menunda-nunda pekerjaan. Dampak paling kronis dari sikap gemar mencari-cari alasan adalah kegagalan.

Orang yang suka mencari-cari alasan, gemar melakukan pembenaran atas sikap dan tindakannya. Hal itu dilakukan untuk menutupi kelemahan dan kekurangan yang dimiliki. Bukannya jujur dan mengakui kelemahan, orang-orang ini justru senang memanipulasi kelemahan dan kekurangan itu. Sebaliknya, orang yang berjiwa besar tidak akan menggunakan kelemahan dan kekurangan sebagai alasan untuk tidak berprestasi. Meskipun sebenarnya ia sangat berpeluang dan pantas melakukan itu. Seburuk apapun keadaan, orang yang berjiwa besar akan melakukan hal-hal terbaik dan terus melangkah maju.




Jika tidak segera dihilangkan kebiasaan mencari-cari alasan akan semakin membuat kita tertinggal dan susah maju. Begitu juga akan rentan kehilangan partner dan relasi karena hilangnya kepercayaan mereka terhadap kita. Alasan tak masuk akal yang sering kita pilih akan membuat orang lain enggan mempercayakan tanggung jawab kepada kita. Jika bersedia mengubah atau meninggalkan kebiasaan mencari-cari alasan, bukan tidak mungkin suatu hari kisah kita akan melebihi kisah-kisah dari parah tokoh hebat yang telah meraih sukses.

Berikut ini ada contoh kisah tokoh hebat yang dapat menginspirasi bagi kita dalam hidup ini. Dengan melihat perjalanan hidup seorang penyanyi tenor Andrea Bocelli, sejak lahir ia di vonis menderita penyakit mata yang menyebabkan kebutaan permanen. Meskipun pada akhirnya ia buta permanen, jangan berpikir Bocelli akan patah semangat dan berkecil hati.

Dia yang Buta bisa sukses, Lalu Bagaimana dengan Kita?

Bocelli adalah seniman berbakat sebagai penyanyi multitalenta, mahir menyanyikan segala jenis lagu. Kepiawaiannya dalam bermusik memang sudah di asah sejak masih anak-anak. Ia terus berprestasi dalam dunia musik terbukti Bocelli menikmati kesuksesan pertamanya dalam kompetisi menyanyi ketika memenangkan Margherita d'Oro dalam kontes menyanyi Viareggio 'O mio tunggal.

Sejak lahir sudah divonis menderita penyakit mata cepat atau lambat akan membuat penderitanya mengalami kebutaan total. Kebutaan itu terjadi karena terhambatnya saluran cairan yang keluar dari bola mata, sehingga bola mata semakin membesar, saraf yang ada di belakang bola mata akan tertekan dan saraf mata akan mati karena tak mendapat aliran darah yang cukup. Dengan kondisi demikian Bocelli tak mempunyai penglihatan yang sempurna hingga di usianya 11 tahun. Ketika di usianya genap 12 tahun, ia mengalami kecelakaan kecil saat sedang bermain sepakbola dengan rekan-rekannya. Insiden inilah yang membuatnya mengalami kebutaan total. Setelah itu, Bocelli harus mulai beradaptasi untuk melewati hari-harinya tanpa indra penglihatan. Selanjutnya ia hanya mengandalkan indra pendengaran dan peraba. Ia memaksa dirinya untuk peka terhadap segala jenis bunyi, mulai dari bunyi langkah kaki hingga detak jarum jam.




Bocelli tak menjadikan keterbatasannya sebagai alasan untuk berhenti berkarya. Ia tetap belajar dan berusaha keras menggali potensinya menjadi penyanyi ternama. Dengan anugerah suara yang indah dan talenta bermusik yang luar biasa, ia mendedikasikan hidupnya pada musik klasik. Berbagai usaha dilakukannya untuk meningkatkan kemampuan vokal dan bermain piano, saksafon serta flute. Kecintaannya terhadap musik mendorongnya untuk terus terlibat langsung dalam perkembangan musik klasik, baik di Italia maupun di dunia internasional.

Kebutaan tidak dijadikannya sebagai alat agar orang-orang menaruh rasa iba padanya. Sebaliknya ia justru menjadikan keterbasannya sebagai penyemangat untuk terus menjadi pribadi yang bernilai, hingga ia pun tumbuh menjadi penyanyi pop tenor tunanetra ternama di dunia bahkan akhirnya menjadi sang maestro.

Nah, inilah kisah yang dapat menginspirasi bagi kita bahwa jangan pernah mencari-cari alasan dengan segala yang ada dalam hidup ini, terlebih terhadap diri sendiri merasa kekurangan serta kelemahan dalam bentuk fisik. Sebab banyak di luar sana mereka-mereka yang cacat fisik masih terus berusaha menggapai impian dengan kerja keras, namun bukan untuk dikasihani oleh orang lain. Sungguh ironis dengan orang-orang yang di anugerahkan bentuk fisik yang begitu sempurna namun hanya bermalas-malasan mengharapkan belas kasihan orang banyak. Sejatinya kita harus tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang pandai mengsyukuri atas pemberian dari sang pencipta jagad raya. Sebagaimana kisah Bocelli yang masih berusaha sebisa mungkin memanfaatkan kebutaannya sebagai penyemangat, bukan sebagai senjata agar dikasihi orang.




No comments:

Post a Comment